Media-PTPN7-Tubu
Sebagai Insan yang beragama sudah
pasti memiliki Kepribadian dan ber- Akhlak baik yang dianjurkan oleh agama,
lalu bagaimana dan apa saja makna yang terkandung didalam Budaya AKHLAK
Perusahaan?
Dan bagaimana menjadi insan
Perusahaan yang ber-AKHLAK ?
Beberapa poin yang diharapkan oleh
Manajer PTPN7 Unit Tulungbuyut Agus Faroni, S.P.M.M kepada semua Karyawan untuk
memahami serta menjalankannya agar menjadi yang terbaik sebagai Karyawan BUMN
yang ber- AKHLAK.
Makna serta hakekat dalam Budaya
Perusahan yang ber-Akhlak disampaikan Manajer PTPN7 Unit Tulungbuyut untuk semua Karyawan,
antara lain :
AMANAH-Memegang teguh kepercayaan yang
diberikan
KOMPETEN-Terus belajar dan mengembangkan
kapabilitas
HARMONIS-Saling peduli dan menghargai perbedaan
LOYAL-Berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara
ADAPTIF-Terus berinovasi dan antusias dalam
menggerakan ataupun menghadapi perubahan
KOLABORATIF-Membangun kerja sama yang sinergis.
Makna dan tujuan dari semua itu
antara lain :
AMANAH
1. AYAT-AYAT MENGENAI KEWAJIBAN
MENUNAIKAN AMANAH
Diantara ayat-ayat mengenai kewajiban menunaikan amanah dan
larangan berkhianat adalah firman Allah Azza wa Jalla.
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ
إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ
إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila kalian menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. [An-Nisa/4:58]
Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat ini, “Allah Ta’ala
memberitakan bahwasanya Ia memerintahkan untuk menunaikan amanah-amanah kepada
ahlinya. Di dalam hadits yang hasan dari Samurah bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
أَدِّاْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ
خَانَكَ
“Tunaikan amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu menghianati orang yang mengkhianatimu” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ahlussunnan]
Dan ini mencakup semua bentuk amanah-amanah yang
wajib atas manusia mulai dari hak-hak Allah Azza wa Jalla atas hamba-hamba-Nya
seperti : shalat, zakat, puasa, kaffarat, nazar-nazar dan lain sebagainya.
Dimana ia diamanahkan atasnya dan tidak seorang hamba pun
mengetahuinya, sampai kepada hak-hak sesama hamba, seperti ; titipan dan lain
sebagainya dari apa-apa yang mereka amanahkan tanpa mengetahui adanya bukti
atas itu. Maka Allah memerintahkan untuk menunaikannya, barangsiapa yang tidak
menunaikannya di dunia diambil darinya pada hari Kiamat”. Dan firman-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah
yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui” [Al-Anfal/8 : 27]
Ibnu Katsir berkata, “Dan khianat mencakup dosa-dosa kecil
dan besar yang lazim (yang tidak terkait dengan orang lain) dan muta’addi (yang
terkait dengan orang lain). Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas
mengenai tafsir ayat ini, “Dan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian”.
Amanah adalah ama-amal yang diamanahakn Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu faridhah
(yang wajib), Allah berfirman : “Janganlah kamu mengkhianati” maksudnya :
janganlah kamu merusaknya”.
Dan dalam riwayat lain ia berkata, “(Janganlah kalian
mengkhianati Allah dan Rasul) Ibnu Abbas berkata, “(Yaitu) dengan meninggalkan
sunnahnya dan bermaksiat kepadanya”. Dan firman-Nya.
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا
وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia,
sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” [Al-Ahzab/33:72]
Ibnu Katsir berkata setelah menyebutkan pendapat-pendapat
mengenai tafsir amanah, diantaranya ketaatan, kewajiban, din (agama), dan
hukum-hukum had, ia berkata, “Dan semua pendapat ini tidak saling bertentangan,
bahkan ia sesuai dan kembali kepada satu makna, yaitu at-taklif serta menerima
perintah dan larangan dengan syaratnya.
Dan jika melaksanakan ia mendapat pahala, jika
meninggalkannya dihukum, maka manusia menerimanya dengan kelemahan, kejahilan,
dan kezalimannya kecuali orang-orang yang diberi taufik oleh Allah, dan hanya
kepada Allah tempat meminta pertolongan”. Firman Allah Ta’ala.
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janji-janji” [Al-Mukminun/23:8]
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu, apabila
mereka diberi kepercayaan mereka tidak berkhianat, dan apabila berjanji mereka
tidak mungkir, ini adalah sifat-sifat orang mukminin dan lawannya adalah
sifat-sifat munafikin, sebagaimana tercantum dalam hadis yang shahih.
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا
وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda munafik ada tiga : apabila berbicara berdusta,
apabaila berjanji ia mungkir dan apabila diberi amanat dia berkhianat”. Dalam
riwayat lain. إذَا حَدَّثَ كَدَبَ، وَإذَا وَعَدَ أَخْلَفَ،
وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Apabila berbicara ia berdusta, dan apabila berjanji ia mungkir dan apabila
bertengkar ia berlaku keji”.
2. HADITS-HADITS TENTANG MENUNAIKAN
AMANAH
Diantara hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang kewajiban menjaga amanah dan ancaman dari meninggalkannya adalah
sebagai berikut.
Hadits Pertama.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُهَدَّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ
أََعْرَابِيُّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا
قَالَ فَكَرِهَ مَ قَالَ وَ قَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا
قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنِ السَا عَة؟ قَالَ : هَا
أَنا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : فَإِذَاضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ قَالَ : كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ :إِذَا وُسِّدَ اْلأَمْرُ إِلَى
غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika Nabi di suatu majelis
berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab badui lantas berkata.
‘Kapan terjadinya Kiamat? Rasulullah terus berbicara, sebagian orang berkata,
‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau membencinya’, sebagian lain
mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’, sehingga tatkala beliau menyelesaikan
pembicaraannya beliau berkata, ‘Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?’
Ia berkata, ‘Ini aku wahai Rasulullah’, Rasul bersaba, ‘Apabila amanah telah
disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat’. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana
menyia-nyiakannya?’ Beliau menjawab, ‘Apabila diserahkan urusan kepada yang
bukan ahlinya maka tunggulah hari Kiamat” [Diriwayatkan Al-Bukhari]
Hadits Kedua
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذِّاْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ
خَانَكَ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Rasulullah telah bersabda,
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah
kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud 3535
dan At-Tirmidzi 1264, ia berkata, “ini adalah hadits hasan gharib”. Lihatlah,
As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 424]
Hadits Ketiga
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَّلُ مَا تَفْقَدُوْنَ مِنْ
دِيْنِكُمُ اْلأَمَانَةَ وَ أَخِرُهُ الصَّلاَةَ
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Yang pertama hilang dari urusan agama
kalian adalah amanah, dan yang terakhirnya adalah shalat” [Diriwayatkan oleh
Al-Khara-ithi dalam Makarimil Akhlak hal. 28. Lihat, As-Silsilah Ash-Shahihah
oleh Al-Albani 1739]
Hadits Keempat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ،
وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Tanda seorang munafik ada tiga : apabila
berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mungkir, dan apabila diberi amanah
ia berkhianat” [Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim]
3.
PEGAWAI YANG MENUNAIKAN PEKERJAANNYA DENGAN IKHLAS MENDAPAT
BALASAN DUNIA DAN AKHIRAT
Apabila seorang pegawai menunaikan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh mengharapkan pahala dari Allah, maka ia telah menunaikan
kewajibannya dan berhak mendapatkan balasan atas pekerjaannya di dunia dan
beruntung dengan pahala di kampung akhirat. Telah datang nash-nash syar’iyah
yang menunjukkan bahwasanya upah dan pahala atas apa yang dikerjakan oleh
seorang dari pekerjaan didapat dengan ikhlas dan mengharapkan wajah Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
لَّا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ
بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ
ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak
Kami memberi kepada-Nya pahala yang besar” [An-Nisa/4:114]
Imam Bukhari (55) dan Imam Muslim (1002) telah meriwayatkan
dari Abu Mas’ud bahwasanya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.
إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا فَهُوَ
لَهُ صَدَقَةٌ
“Apabila seseorang menafkahkan untuk keluarganya dengan
ikhlas maka itu baginya adalah sedekah”. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu ‘anhu.
وَلَسْتُ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ
إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةُ تَجْعَلُهَا فِي فِيِّ امْرَ أَتِكَ
“Dan tidaklah engkau menafkahkan satu nafkah karena
mengharapkan wajah Allah melainkan engkau mendapatkan pahala dengannya hingga
sesuap yang engkau suapkan di mulu istrimu” [Diriwayatkan Al-Bukhari dan
Muslim]
Nash-nash ini menunjukkan bahwasanya seorang Muslim apabila
ia menunaikan kewajibannya terhadap sesama hamba lepaslah tanggung jawabnya,
dan bahwasanya ia hanya akan mendapatkan balasan dan pahala dengan ikhlas dan
mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4.
MENJAGA JAM KERJA UNTUK KEPENTINGAN PEKERJAAN
Wajib atas setiap pegawai dan pekerja untuk menggunakan
waktu yang telah dikhususkan bekerja pada pekerjaan yang telah dikhususkan
untuknya. Tidak boleh ia menggunakannya pada perkara-perkara lain selain
pekerjaan yang wajib ditunaikannya pada waktu tersebut.
Dan tidak boleh ia menggunakan waktu itu atau sebagian
darinya untuk kepentingan pribadinya, atau kepentingan orang lain apabila tidak
ada kaitannya dengan pekerjaan ; karena jam kerja bukanlah milik pegawai atau
pekerja, akan tetapi untuk kepentingan pekerjaan yang ia mengambil upah dengannya.
Syaikh Al-Mu’ammar bin Ali Al-Baghdadi (507H) telah menasihati Perdana Menteri
Nizhamul Muluk dengan nasihat yang dalam dan berfedah.
Di antara yang dikatakannya diawal nasihatnya itu. “Suatu
hal yang telah maklum hai Shodrul Islam! Bahwasanya setiap individu masyarakat
bebas untuk datang dan pergi, jika mereka menghendaki mereka bisa meneruskan
dan memutuskan. Adapun orang yang terpilih menjabat
kepemimpinan maka dia tidak bebas untuk bepergian, karena orang yang berada di
atas pemerintahan adalah amir (pemimpin) dan dia pada hakikatnya orang upahan,
ia telah menjual waktunya dan mengambil gajinya. Maka tidak tersisa dari
siangnya yang dia gunakan sesuai keinginannya,
Di antara nasihatnya, “Maka hidupkanlah kuburanmu
sebagaimana engkau menghidupkan istanamu”[1] Dan sebagaimana seseorang ingin
mengambil upahnya dengan sempurna serta tidak ingin dikurangi bagiannya
sedikitpun, maka hendaklah ia tidak mengurangi
sedikitpun dari jam kerjanya untuk sesuatu yang bukan kepentingan kerja. Allah telah mencela Al-Muthaffifin (orang-orang yang
curang) dalam timbangan, yang menuntut hak mereka dengan sempurna dan
mengurangi hak-hak orang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى
النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ أَلَا
يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ لِيَوْمٍ عَظِيمٍ يَوْمَ يَقُومُ
النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Tidaklah oran-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka
akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. Yaitu hari ketika manusia
berdiri menghadap Tuhan semesta alam” [Al-Muthaffifin/83:1-6]
5. KRITERIA-KRITERIA MEMILIH PEKERJA
DAN PEGAWAI
Landasan dalam memilih seorang pegawai atau pekerja
hendaklah ia seorang yang kuat lagi amanah. Karena dengan kekuatan ia sanggup
melaksanakan pekerjaan yang diembankan kepadanya, dan dengan amanah ia
menunaikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.Dengan amanah ia akan
meletakkan perkara-perkara pada tempatnya.
Dan dengan kekuatan ia sanggup menunaikan kewajibannya.
Allah telah memberitakan tentang salah seorang putri penduduk Madyan bahwasanya
ia berkata kepada bapaknya tatkala Musa mengambilkan air untuk keduanya.
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ
مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja kepada
kita. Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” [Al-Qashash/28:26]
Dan Allah berfirman tentang Ifrit dari bangsa Jin yang
mengutarakan kesanggupannya kepada Sulaiman Alaihissalam untuk mendatangkan
singgasana Balqis.
قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن
تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
“Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu ; sesungguhnya aku
benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya” [An-Naml/27:39]
Maknanya, ia menggabungkan antara kemampuannya untuk
membawa dan mendatangkannya serta menjaga apa yang dibawanya. Allah juga telah
menceritakan tentang Yusuf Alaihissalam bahwasanya ia berkata kepada raja.
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ
عَلِيمٌ
“Jadikanlahlah aku bendaharawan negara (Mesir).
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”
[Yusuf/12:55]
Lawan dari kuat dan amanah adalah lemah dan khianat. Dan
itu alasan untuk tidak memilih seseorang dalam bekerja dan sebab-sebab
sebenarnya untuk mecopotnya dari pekerjaan. Tatkala Umar bin Al-Khaththab
Radhiyallahu ‘anhu menjadikan Sa’ad bin Abi Waqqash sebagai gubernur Kufah, dan
sebagian orang-orang jahil negeri itu mencelanya di sisi Umar, maka Umar
memandang maslahah dengan mencopotnya dari jabatan untuk menjaga dari
terjadinya fitnah dan agar tidak seorangpun dari mereka mengganggunya. Akan
tetapi Umar ketika sakit menjelang wafatnya telah menentukan enam orang
shahabat Rasulullah yang dipilih dari mereka seorang yang akan menjabat
khalifah setelahnya. Di antara mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, lantas Umar
khawatir bahwa pencopotannya dari jabatan gubernur Kufah disangka karena
ketidaklayakannya memimpin, maka umar menepis prasangka tersebut dengan
perkataannya, “Jika kepemimpinan jatuh kepada Saad, maka dia layak untuk itu.
Dan jika tidak hendaklah siapa pun dari kalian yang menjadi pemimpin meminta
bantuannya, karena sesungguhnya aku tidak mencopotnya karena kelemahan dan
khianat” [Diriwayatkan Al-Bukhari : 3700]
Dan didalam Shahih Muslim : (1825)
عَنْ أَبِي ذَرِّ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولُ اللَّهِ أَلاَ
تَسْتَعمِلُنِي؟ قَالَ : فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِنِي ثُمَّ قَالَ : يَا
أَبَا ذَرِّ إِنَّكَ ضَعِيْفٌ، وَإِنَهَا أَمَانَةُ، وَإِنَهَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى
الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا
Dari Abu Dzar, ia berkata, “Aku berkata, ‘Hai Rasulullah!
Tidaklah engkau memperkerjakan aku?’ Ia berkata, ‘Maka beliau menepuk pundakku
dengan tanggannya kemudian bersabda, ‘Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah,
dan sesungguhnya pekerjaan itu adalah amanah, dan sesungguhnya ia adalah
kehinaan dan penyesalan di hari Kiamat kecuali orang yang mengambilnya dengan
haknya dan menunaikan kewajiban padanya”. Dalam riwayat lain di Shahih Muslim
(1826)
عَنْ أَبِي ذَرِّ أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَا أَبَا ذَرِّ إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفَا، وَإِنِّي
أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي، لاَ تَأَمَرَنَّ عَلَى اثْنَينِ، وَلاَ تَوَ
لَّيَنَّ مَالَ يَتِيْمِ
Dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Hai Abu Dzar sesungguhnya aku melihatmu lemah dan
sesungguhnya aku mencintai untukmu apa yang kucintai untuk diriku, janganlah
sekali-kali engkau memimpin dua orang dan janganlah sekali-kali engkau mengurus
harta anak yatim”.
6. ATASAN ADALAH TELADAN BAGI BAWAHANNYA DALAM
BERSUNGGUH-SUNGGUH ATAU MALAS
Apabila para atasan pegawai melaksanakan
kewajiban-kewajiban mereka dengan sempurna, pegawai-pegawai yang menjadi
bawahannya akan mecontoh mereka. Dan setiap pemimpin dalam suatu pekerjaan akan
diminta pertanggung jawabannya terhadap dirinya dan orang-orang yang
dipimpinnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَاْلأَمِيْرُ
الَّذِي عَلَى النّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُم، وَالرِّ جُلُ رَاعٍ عَلَى
أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى
بَيْتِ بَغْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ
عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung
jawabannya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang amir yang memimpin manusia, ia
memimpin mereka dan akan diminta pertanggung jawabannya tentang mereka, seorang
laki-laki pemimpin atas keluarganya dan ia akan diminta pertangung jawabannya
tentang mereka, dan seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suami dan
anaknya, dia akan diminta pertanggung jawabannya tentang mereka dan seorang
budak pemimpin atas harta tuannya dan dia akan diminta pertanggung jawabannya
terhadapnya, ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan
diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dipimpinnya” [Diriwayatkan
Al-Bukhari ; 2554 dan Muslim : 1829 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu
‘anhuma]
Dan apabila para atasan menjaga pekerjaan-pekerjaan dalam
segala waktu-waktunya, mereka akan menjaga teladan yang baik bagi orang-orang
yang mereka pimpin. Seorang penyair berkata. “Dan engkau selama melakukan yang
engkau perintahkan niscaya orang yang engkau perintahkan melakukannya”.
Maknanya, apabila engkau memerintahkan orang lain dari bawahanmu agar melakukan
kewajibannya, dan engkau terlebih dahulu menunaikan kewajiban, maka
sesungguhnya orang yang selainmu akan mematuhimu dan melaksanakan apa yang
engkau perintahkan kepadanya
7. PERLAKUAN PEGAWAI KEPADA ORANG LAIN SEPERTI APA IA INGIN
DIPERLAKUKAN.
Nasihat memiliki kedudukan yang agung di dalam Islam, oleh
karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قُلنَا : لِمَنْ؟ قَالَ : لِلَّهِ
وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَِئِمَّةِ الْمُسلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat’, kami berkata, ‘Untuk siapa?’,
Beliau bersabda, ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpin kaum
muslimin serta sesama mereka” [Diriwayatkan oleh Muslim 55 dari Abu Tamim bin
Aus Ad-Dari Radhiyallahu ‘anhu]
Dan berkata Jarir bin Abdullah Al-Bajali Radhiyallahu anhu,
“Aku telah berba’iat kepada Rasulullah atas mendirikan shalat, membayar zakat
dan menasihati untuk setiap Muslim” [Diriwayatkan Al-Bukhari 57 dan Muslim 56]
Sebagaimana seorang pegawai atau karyawan apabila ia punya
kebutuhan pada yang lain, orang lain itu wajib memperlakukannya dengan
mu’amalah yang baik. Maka wajib pula atasnya untuk memperlakukan orang lain
dengan mu’amalah hasanah (perlakuan yang baik). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda.
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيُدْخَلَ
الْجَنَّةَ، فَلْتَأْ تِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
اْلآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
“Maka barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api nereka dan masuk surga, hendaklah ia meninggal sedang ia beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah ia memperlakukan manusia sebagaimana ia ingin diperlakukan” [Diriwayatkan oleh Muslim]
Dalam hadits yang panjang dari
Abdullah bin Amr. Dan maknanya adalah perlakukanlah manusia sebagaimana engkau
ingin diperlakukan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لاَ يُؤْ مِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لأَِخِيْهِ مَا
يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sehingga
ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri”
[Diriwayatkan Al-Bukhari 13 dan Muslim 45 dari Anas]
Allah Ta’ala telah mencela orang yang memperlakukan orang
lain tidak seperti ia ingin diperlakukan dalam firman-Nya.
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى
النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yaitu
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta
dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi” [Al-Muthaffifin/83:1-3]
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ اللَّه حَرَّمَ عَلَيْكُم عُقُوْقَ اْلأُمَهَتِ،
وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ،
وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kalian durhaka
kepada para ibu, pelit dan rakus, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, dan
membenci untuk kalian tiga perkara yaitu ; kata-kata omong kosong, banyak
bertanya, dan menyia-nyiakan harta” [Diriwayatkan Al-Bukhari 2408 dan Muslim
593 dari Al-Mughirah bin Syu’bah]
Di dalam hadits ini terdapat celaan terhadap yang rakus
lagi pelit, yang mengambil dan tidak memberi. Allah telah mngingatkan wali-wali
anak-anak yatim bahwasanya mereka khawatir terhadap anak keturunan mereka yang
kecil-kecil kalau mereka tinggalkan. Allah berfirman.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ
ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
[An-Nisa/4:9]
Maknanya, sebagaimana mereka ingin anak-anak keturunan
mereka nantinya diperlakukan dengan baik, maka wajib atas mereka untuk berlaku
baik terhadap anak-anak yatim yang mereka menjadi wali atasnya.
8.
PEGAWAI MENDAHULUKAN YANG DAHULU DALAM BERURUSAN
Termasuk sikap adil dan insaf ; hendaknya seorang pegawai
tidak mengahirkan orang yang duluan dari orang-orang yang berurusan, atau
mendahulukan orang yang belakangan. Akan tetapi ia mendahulukan berdasarkan
urusan yang terdahulu. Dalam hal yang seperti ini memudahkan pegawai dan
orang-orang yang berurusan. Telah datang dalam sunnah Rasulullah apa yang
menunjukkan atas itu. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
مَجْلِسٍ يُهَدَّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أََعْرَابِيُّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ؟
فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ
بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَ قَالَ وَ قَالَ بَعْضُهُمْ :
بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : أَيْنَ أُرَاهُ
السَّائِلُ عَنِ السَا عَة؟ قَالَ : هَا أَنا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ :
فَإِذَاضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ : كَيْفَ
إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ :إِذَا وُسِّدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ
“Ketika Nabi di suatu majelis berbicara kepada orang-orang,
datanglah seorang Arab badui lantas berkata. ‘Kapan terjadinya Kiamat?
Rasulullah terus berbicara, sebagian orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang
dikatakannya dan beliau membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia
tidak mendengar’, sehingga tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau
berkata, ‘Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?’ Ia berkata, ‘Ini aku
wahai Rasulullah’, Rasul bersaba, ‘Apabila amanah telah disia-siakan maka
tunggulah hari Kiamat’. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau
menjawab, ‘Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
hari Kiamat” [Diriwayatkan Al-Bukhari] Hadits ini menunjukkan bahwasanya Rasulullah
tidak menjawab si penanya tentang hari Kiamat melainkan setelah ia selesai
berbicara kepada orang-orang yang telah mendahuluinya. Al-Hafidz Ibnu Hajar
berkata dalam uraiannya, “Disimpulkan darinya memberi pelajaran berdasarkan
yang duluan, dan begitu juga dalam fatwa-fatwa, urusan pemerintahan dan lain
sebagainya”. Baca Juga Tujuan Yang Diharapkan Dari Olah Raga Dan
disebutkan dalam biografi Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari di kitab
Lisanul Mizan karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar, “Dan Ibnu Asakir mengeluarkan dari
jalan Abu Ma’bad Utsman bin Ahmad Ad-Dainuri ia berkata, ‘Aku menghadiri
majelis Muhammad bin Jarir dan hadir juga menteri Al-Fadhal bin Ja’far bin
Al-Furat, dan dia telah didahului oleh seseorang. Maka berkata Ath-Thabari
kepada orang tersebut, ‘Tidakkah engkau ingin membaca?’ Maka ia menunjuk kepada
si menteri. Maka Ath-Thabari berkata, ‘Apabila giliran untukmu maka janganlah
engkau terganggu oleh Dajlah (nama sungai) atau Efrat (Al-Furat)’. Aku katakan,
“Dan ini sebagian dari keunikan dan kemahiran bahasanya serta tidak tertariknya
ia pada anak-anak dunia”.
9. PEGAWAI HARUS MEMILIKI SIFAT IFFAH (MENJAGA KEHORMATAN) DAN
BERSIH DARI MENERIMA SOGOKAN DAN HADIAH.
Setiap pegawai wajib menjadi seorang yang menjaga
kehormatan dirinya, berjiwa mulia dan kaya hati. Jauh dari memakan harta-harta
manusia dengan batil, dari apa-apa yang diberikan kepadanya berupa suap walau
dinamakan dengan hadiah. Karena apabila dia mengambil harta manusia dengan
tanpa hak berarti ia memakannya dengan batil, dan memakan harta dengan cara
batil merupakan salah satu sebab tidak dikabulkannya do’a. Muslim meriwayatkan
di dalam shahihnya (1015) dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah telah
bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌّ لاَيَقْبَلُ إِلاَّ
طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ
الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ :يَاأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَاعْمَلُوْا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ (المؤمنون: ١٥) فَقَالَ
: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
(البقرة : ١٧٢) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ
يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَارَبِّ يَارَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Hai manusia ! Sesungguhnya Allah Mahabaik tidak menerima
kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang
beriman dengan apa yang telah diperintahkannya kepada para rasul, maka Ia
berfirman, “Wahai rasul-rasul makanlah kamu dari yang baik-baik dan beramallah
kamu dengan amalan yang baik. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (al-Mukminun/23:51) dan Ia berfirman :”Wahai orang-orang yang beriman
makanlah kamu dari apa yang baik-baik dari apa yang telah Kami rizkikan kepadamu
(al-Baqarah/2:172).
Kemudian beliau menyebutkan seorang yang telah berjalan
jauh dalam keadaan kusut dan berdebu, membentangkan kedua tangannya ke langit
(berkata), ‘Wahai Rabb! wahai Rabb!, sedangkan makanannya haram, minumannya
haram, dan pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dengan yang haram, lantas
bagaimana do’anya dikabulkan untuk itu?!”. Diantara dalil yang jelas yang
memerintahkan menjauhi memakan harta dengan cara batil apa yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari dalam shahihnya (7152), dari Jundab bin Abdullah Radhiyallahu
anhu, berkata.
إِنَّ أَوَّلَ مَايُنْتِنُ مِنَ اْإلاءِنْسَانِ بَطْنُهُ،
فَمَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَيَأْكُلَ إِلاَّ طَيِّبًا فَليَفْعَلْ، وَمَنِ
اسْتَطَاعَ أَنْ لاَيُحَالَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجَنَّةِ بِمِلْءِ كَفِّهِ مِنْ
دَمٍ أَهْرَاقَهُ فَلْيَفعَلْ
“Sesungguhnya yang pertama busuk dari manusia adalah
perutnya, maka barangsiapa yang sanggup untuk tidak memakan melainkan yang baik
maka lakukanlah, dan barangsiapa yang bisa untuk tidak dihalangi antara dia dan
surga walau dengan segenggam darah yang ditumpahkannya maka lakukanlah” Dan
yang juga diriwayatkannya (2083) dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.
لَيَأْ تِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زِمَانٌ لاَ يَبَالِي الْمَرْءُ
بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman di mana
seseorang tidak peduli dengan cara apa dia mengambil harta, apakah dari yang
halal atau dari yang haram”. Menurut orang-orang yang mengambil harta tanpa
peduli ini ; bahwasanya yang halal adalah yang berada di tangan dan yang haram
adalah yang tidak sampai ke tangan. Adapun yang halal dalam Islam adalah apa
yang telah dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan yang haram adalah yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Telah datang dalam sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadits-hadits yang menunjukkan dilarangnya aparat
pekerja dan pegawai mengambil sesuatu dari harta walaupun dinamakan hadiah,
diantaranya hadits Abi Sa’id Hamid As-Saidi, ia berkata.
اسْتَعْمَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَجُلاً مِنَ اْلأَسْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اللُّتْبِيَةِ قَالَ عَمْرٌو
وَابْنُ أَبِي عُمَرَ عَلَى الصَّدَقَةِ فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ : هَذَا لَكُمْ
وَهَذَا لِي أُهْدِيَ لِي قَالَ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَحَمِدَ اللَّه وَأَثْنَى عَلَيهِ وَقَالَ :
مَابَالُ عَامِلٍ أَبْعَثُهُ فَيَقُوْلُ : هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي،
أَفَلاَ قَعَدَ فِي بَيْتِ أَبِيْهِ أَوْ فِي بَيْتِ أُمِّهِ حَتَّى يَنْظُرَ
أَيُهْدَى إِلَيْهِ أَمْ لاَ، وَالَّذِي نَفسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَنَالُ
أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْهَا شَسْئًا إِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَحْمِلُهُ عَلَى عُنُقِهِ بَعِيْرٌ لَهُ رُغَاءٌ اَوْ بَقَرَةٌ لَهَا خُوَارٌ
أَوْ شَاةٌ تَيْعِرُ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَتَيْ
إِبْطَيْهِ ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ
“Rasulullah mempekerjakan seseorang dari suku Al-Asad,
namanya Ibnul Latbiyyah untuk mengumpulkan zakat, maka tatkala ia telah kembali
ia berkata, ‘Ini untuk engkau dan ini untukku dihadiahkan untukku’. Ia (Abu
Hamid) berkata, ‘Maka Rasulullah berdiri di atas mimbar, lalu memuja dan memuji
Allah dan bersabda, ‘Kenapa petugas yang aku utus lalu ia mengatakan, ‘Ini
adalah untuk kalian dan ini dihadiahkan untukku?! Kenapa dia tidak duduk di
rumah bapaknya atau rumah ibunya sehingga dia melihat apakah dihadiahkan
kepadanya atau tidak?! Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Tidaklah
seorangpun dari kalian menerima sesuatu darinya melainkan ia datang pada hari
Kiamat sambil membawanya di atas lehernya onta yang bersuara, atau sapi yang
melenguh atau kambing yang mengembik’, kemudian beliau mengangkat kedua
tangannya sampai kami melihat putih kedua ketiaknya, kemudian bersabda dua
kali, ‘Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan?” [Diriwayatkan Al-Bukhari 7174
dan Muslim 1832 dan ini adalah lafazhnya]
Dan di dalam shahih Bukhari (3073) dan shahih Muslim (1831)
–dan dengan lafazhnya- dari Abu Hurairah, ia berkata.
قَامَ فِيْمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فذَكَرَ الْغُلُوْلَ فَعَظَّمَهُ وَعَظَّمَ أَمْرَهُ ثُمَّ
قَالَ : لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجَيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ
بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ يَقُوْلُ : يَا رَسُولَ اللّه أَغْثِنِي فَأَقُوْلُ : لاَ
أَمْللِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَقْتُكَ، لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمحَمَةٌ فَيَقُولُ : يَا
رَسُولَ اللّه أَغْثِنِي فَأَقُوْلُ : لاَ أَمْللِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ
أَبْلَقْتُكَ، لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ
شَاةٌ لَهَا ثُغَاءٌ يَقُولُ : يَا رَسُولَ اللّه أَغْثِنِي فَأَقُوْلُ : لاَ
أَمْللِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَقْتُكَ، لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجَيءُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ نَفْسٌ لَهَا صِيَاخٌ فَيَقُولُ : يَا
رَسُولَ اللّه أَغْثِنِي فَأَقُوْلُ : لاَ أَمْللِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ
أَبْلَقْتُكَ، لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
رَقَبَتِهِ رِقَاعٌ تَخْفِقُ فَيَقُولُ : يَا رَسُولَ اللّه أَغْثِنِي فَأَقُوْلُ
: لاَ أَمْللِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَقْتُكَ، لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ
يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ صَا مِتٌ فَيَقُولُ : يَا رَسُولَ
اللّه أَغْثِنِي فَأَقُوْلُ : لاَ أَمْللِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَقْتُكَ
“Rasulullah berbicara kepada kami pada suatu hari, maka
beliau menyebutkan Ghulul[2] dan beliau menganggapnya perkara yang besar,
kemudian ia berkata, ‘Aku akan temui salah seorang kalian yang datang pada hari
Kiamat di atas lehernya ada onta yang bersuara, ia berkata, ‘Hai Rasulullah,
tolonglah aku’, maka aku (Rasulullah) mengatakan, ‘Aku tidak mampu berbuat
apa-apa untukmu sedikitpun, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku tidak
temui salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan kuda di atas
pundaknya yang memiliki hamhamah (suara), lantas ia berkata, ‘Hai Rasulullah!
Bantulah aku’, maka aku berkata, ‘Aku tidak bisa membantu sedikitpun, sungguh
aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku tidak dapatkan salah seorang darimu
datang pada hari Kiamat dengan kambing yang mengembik diatas pundaknya seraya
berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, Maka aku menjawab, ‘Aku tidak mampu
berbuat apa-apa untukmu, aku telah menyampaikan kepadamu’, Aku akan dapatkan
salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan membawa jiwa yang
menjerit, lantas ia berkata, ‘Hai Rasulullah! Tolonglah aku’, Maka aku berkata,
‘Aku tidak memiliki apa-apa untukmu, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu’,
Aku akan mendapatkan salah seorang dari kalian datang pada hari Kiamat dengan
pakaian diatas pundaknya ada shamit (emas dan perak), lalu ia berkata, ‘Hai
Rasulullah! Tolonglah aku’, maka aku akan menjawab, ‘Aku tidak memiliki apa-apa
untukmu, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu”. Riqa di dalam hadits ini
maksudnya adalah pakaian dan shamit adalah emas dan perak.
Diantaranya hadits Abu Hamid As-Sa’di, bahwasanya
Rasulullah bersabda.
هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُوْلٌ
“Hadiah-hadiah para pekerja adalah ghulul (khianat)”.
Diriwyatkan oleh Ahmad (23601) dan lainnya, dan lihat
takhrijnya di kitab Irwa Al-Ghalil oleh Al-Albani (2622), dan ini semakna
dengan hadits yang telah lalu dalam kisah Ibnu Al-Latbiyyah. Diantaranya hadits
Adi bin Umairah, ia berkata, “Aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ فَكَتَمَنَا
مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ كَانَ غُلُولًا يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa diantara kalian yang kami pekerjakan atas
suatu pekerjaan, lalu ia menyembunyikan dari kami satu jarum atau yang lebih
kecil, maka dia adalah ghulul dan ia akan datang dengannya pada hari Kiamat” [Dikeluarkan
oleh Muslim]
Diantaranya hadits Buraidah dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda.
مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَرَزَقْنَاهُ رِزْقًا
فَمَا أَخَذَ بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ غُلُوْلٌ
“Barangsiapa yang kami pekerjakan atas suatu pekerjaan, lalu kami memberinya bagian, maka apa yang diambilnya setelah itu adalah perbuatan khianat” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad shahih, dan dishahihkan oleh Al-Albani] Dan dalam biografi Iyadh bin Ghanam dari kitab Shifatush Shafwah oleh Ibnul Jauzi (1/277), ketika itu ia sebagai gubernur Himsh dalam pemerintahan Umar, bahwasanya ia berkata kepada sebagian kerabatnya dalam sebuah kisah yang panjang, ‘Demi Allah! Jika aku digergaji lebih aku sukai daripada aku berkhianat seperak uang atau aku melampaui batas!”. Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar membimbing setiap pegawai dan pekerja dari kaum muslimin untuk menunaikan pekerjaannya sesuai dengan yang diridhai Allah Tabaraka wa Ta’ala, dan ia mendapatkan pahala serta akhir yang terpuji di dunia dan akhirat. Shalawat dan salam Kita panjatkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW dan atas keluarga serta shahabat-shahabatnya semoga kita semua menjadi manusia yang Amanah. Amin…
KOMPETEN
Setiap karyawan haruslah memiliki
keterampilan kerja yang baik sebagai bekal dalam meraih prestasi dalam
pekerjaan. Keterampilan yang kompeten haruslah dimiliki oleh setiap karyawan
dalam menunjang karir masa depannya, karena perusahaan pasti mengutamakan keterampilan
yang dimiliki dalam menentukan jenjang karir karyawan.
Keterampilan dasar ini akan lebih
baik jika diasah sejak dini, saat berada di bangku perkuliahan atau bahkan di
bangku sekolah. Akan tetapi keterampilan tersebut dapat terus ditingkatkan jika
memang terus dilatih dan diasah dengan baik. Berikut ini keterampilan kerja
yang wajib dikuasai oleh setiap karyawan.
Etika
Etika memiliki penjelasan yang
luas. Pada intinya, etika merangkum kemampuan karyawan dalam kedisiplinan kerja
hingga interaksi karyawan dengan rekan-rekannya. Perusahaan biasanya
menginginkan karyawan yang mengerti dan mengikuti peraturan perusahaan, jujur,
dan dapat dipercaya. Etika juga bisa diartikan dengan profesionalisme kerja dan
tanggung jawab.
Komunikasi yang Baik dan Efektif
Kemampuan komunikasi yang baik
dan efektif akan selalu menjadi faktor penting dalam usaha Anda meraih
kesuksesan. Meski Anda memiliki berbagai keterampilan kerja lainnya yang dapat
menunjang pekerjaan, belum lengkap tanpa adanya kemampuan berkomunikasi yang
baik. Karena, keterampilan komunikasi secara personal sangat dibutuhkan dalam
memuluskan tugas, seperti mengungkapkan ide, negosiasi, presentasi, maupun
lobbying.
Organisasi dan Manajemen
Keterampilan dalam berorganisasi
dapat membantu Anda menangani tanggung jawab dengan lebih baik sebelum Anda
memastikan bahwa semua telah dijalankan dengan benar. Sedangkan keterampilan
manajemen akan membuat segalanya menjadi lebih tertata, hal ini memungkinkan
Anda bekerja tepat waktu, dapat memprioritaskan tugas-tugas secara
efektif dan mencari solusi dari suatu masalah sebelum masalah menjadi besar.
Selain itu keterampilan manajemen
juga berguna untuk posisi apapun dalam perusahaan. Contohnya seperti mengelola
sumber beban kerja, beban kerja, dan waktu Anda dengan lebih baik. Jika tidak
memiliki keterampilan berorganisasi dan manajemen, karyawan yang paling cakap
sekalipun akan tertinggal atau melakukan kesalahan yang fatal.
Keterampilan Negosiasi
keterampilan bernegosiasi sangat
berguna hampir di semua posisi pekerjaan. Anda dapat menggunakan keterampilan
negosiasi untuk tujuan yang seperti mendapatkan klien baru atau mencapai
kesepakatan dengan partner yang potensial dan juga berguna untuk mengurangi
titik resistensi yang mungkin terjadi, serta menurunkan total biaya operasi.
Dapat Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan proses
penyelesaian masalah yang memungkinkan Anda menemukan dan mengatasi kelemahan
atau kesalahan dalam lingkungan tertentu. Hal ini memungkinkan terciptanya
solusi yang kreatif untuk setiap masalahnya.
Jika Anda dapat berpikir kritis,
maka Anda mampu mengakui, menganalisis, menyelesaikan masalah tanpa banyak
pengaruh dari luar dan selalu mencari perbaikan untuk ditambahkan ke dalam
sistem.
Kerja Sama dan Delegasi
Menjadi karyawan yang bisa
bekerja sama dalam tim sangat penting untuk karir Anda. Banyak karyawan yang
bekerja sendiri sangat baik akan tetapi menjadi kesulitan ketika harus bekerja
dalam tim. Hal seperti ini pasti akan membuat seorang karyawan kesulitan dan
juga menghambat kerja tim.
Selain bekerja sama dengan orang
lain secara baik, seorang karyawan juga harus terampil dalam mendelegasikan
suatu pekerjaan. Karena mendelegasikan pekerjaan adalah salah keterampilan yang
dapat membuat Anda sukses. Maka dari itu Anda harus mengasah skill yang satu
ini jika ingin berhasil di masa depan.
Percaya Diri
Percaya diri mungkin tampak
seperti suatu sifat, akan tetapi hal itu bisa diperoleh, diasah dan
dikembangkan sebagai sebuah keterampilan. Untuk meningkatkan kepercayaan diri
Anda dapat memulai latihan di beberapa bidang yang Anda inginkan. Semakin
sering melakukan sesuatu hal dalam bidang tersebut maka semakin percaya diri
Anda untuk melakukannya.
Sebagai seorang karyawan, sudah
seharusnya memperbaiki diri dan meningkatkan keterampilan yang dikuasai sebagai
bekal dalam mencapai kesuksesan di masa depan.
Menguasai Teknologi
Di dunia yang modern saat ini,
teknologi merupakan hal yang tak lepas di kehidupan sehari-hari. Bagi seorang
karyawan penguasaan teknologi tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang bekerja
di bidang teknologi saja. Akan tetapi orang yang bekerja di bidang non teknis
pun keterampilan dalam hal teknologi sangat penting.
Dalam artian, bisa menggunakan perangkat teknologi seperti komputer atau laptop. Pasalnya, pengusaha biasanya menginginkan calon karyawan yang mengerti program-program umum semacam Microsoft Office. Selebihnya, seperti kemampuan mengedit gambar, video, atau coding dianggap sebagai nilai tambah.
HARMONIS
Suasana Kerja yang baik dan Harmonis akan menciptakan kinerja
yang prima. Sebaliknya jika dalam lingkungan kerja permasalahan kerap terjadi,
maka para karyawan akan merasa malas, asal bekerja karena tidak nyaman sehingga
dapat menurunkan Produktivitas dan Kualitas hasil kerja. Untuk itu penting
menjaga hubungan kerja tetap harmonis.
Keharmonisan dalam lingkungan bekerja akan tercipta apa bila kita
semua sebagai Insan Perusahaan dengan beberapa poin diantaranya:
1. Meningkatkan kerukunan dan
persatuan
Agar kerja tim selalu baik, semua
anggota harus saling menghormati satu sama lain. Jadi terlepas dari posisi
Anda, hormatilah orang lain untuk Apa yang mereka lakukan, dan jaga kerukunan
sepanjang waktu.
2. Hindari permainan menyalahkan
Ketika datang suatu masalah, banyak
karyawan yang saling menuding kesalahan (lempar batu sembunyi tangan). Bukannya
mencari jalan keluar, Anda malah terus menyalahkan teman Anda. Terlebih hal
tersebut diungkapkan di hadapan atasan. Hal ini tidak hanya merusak hubungan
Anda dengan rekan kerja, tapi Juga merusak citra Anda di depan atasan Anda.
3.
Menghargai orang lain
Sekecil apapun bentuk pertolongan
atau bantuan dari rekan Anda, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih. Hal
ini dapat memperkuat hubungan baik dengan rekan. Hargai segala upaya karyawan dalam
memajukan perusahaan, jangan hanya mencari kelemahannya saja, akan tetapi
dukungan dan inovasi terbaik untuk perkembangan dan kemajuan Perusahaan.
4.
Hindari politik kotor
Cobalah untuk tidak selalu
menghasut satu karyawan terhadap yang lain untuk kepentingan pribadi baik
terhadap Atasan atau kepada rekan kerja Anda yang tidak ada hubungannya dengan
perusahaan. Tidak ada gunanya bermain politik kotor, karena cepat atau lambat,
bisa ketahuan dan membahayakan reputasi Anda.
5.
Jangan mengandalkan trik murahan
Jangan menjatuhkan teman untuk
mendapat promosi. Atau menjelek-jelekkan rekan Anda di hadapan bos tanpa bukti
yang kuat. Hal ini sangat buruk dan bisa merugikan rekan Anda.
6.
Tetap professional
Terkadang, hubungan kerja akan
memburuk ketika orang mencampur antara urusan pribadi dan profesional. Saat jam
kerja jangan pernah membahas urusan pribadi, selain dapat menghambat pekerjaan, waktu rekan Anda akan tersita
karena sikap Anda. Bicarakan hal pribadi di luar jam kerja.
Ciptakan suasana kerja yang
menyenangkan agar hubungan kerja dan mempunyai persahabatan yang erat.
LOYAL
Loyalitas karyawan dapat diartikan
sebagai kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada perusahaan atau
organisasinya. Loyalitas juga salah satu hal yang tidak kita dapat dibeli
dengan uang. Tetapi loyalitas hanya bisa didapatkan, namun tidak bisa dibeli.
Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan mempengaruhinya. Akan tetapi
menghilangkan loyalitas seseorang justru menjadi hal yang sangat mudah untuk
dilakukan.
Aspek-Aspek Loyalitas Karyawan
1.
Kemauan untuk bekerja sama
Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan memungkinkan
organisasi dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang
secara individual.
2. Taat pada
peraturan
Kedisiplinan yang menguntungkan organisasi baik internal maupun eksternal.
3. Hubungan
antar pribadi
Hubungan sosial diantara karyawan, hubungan yang harmonis antara atasan
dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman kerja
4.
Tanggung jawab pada perusahaan/organisasi.
Kesanggupan karyawan untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
kesadaran akan setiap resiko pelaksanaan tugasnya
5.
Kesukanan terhadap pekerjaan
Untuk bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan
pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati
6.
Rasa memiliki
Sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi
perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya
tujuan perusahaan dalam membentuk suatu organisasi
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Loyalitas
Seiring berjalannya waktu, loyalitas karyawan terhadap perusahan dapat
saja meningkat ataupun menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat loyalitas itu sendiri. faktor yang dapat mempegaruhi
tingkat loyalitas seorang karyawan.
1. Tantangan
Faktor tantangan meliputi kejelasan jenjang karir yang dapat dirasakan
oleh karyawan
2. Keamanan
Faktor keamanan meliputi masa jabatan seorang karyawan, kecukupan gaji,
keselamatan kerja, dan jaminan.
3. Kenyamanan
Faktor kenyamanan meliputi kondisi lingkungan kerja yang baik, hubungan pertemanan yang ramah, fasilitas yang memadai, sistem kerja manusiawi, dan kepemimpinan yang dapat memotivasi
Penyebab Turunnya Loyalitas
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan turunnya loyalitas seorang karyawan terhadap perusahaan. Beberapa hal
yang menyebabkan loyalitas menurun.
1.
Kepribadian
Faktor kepribadian ini dapat menjadi penyebab turunnya loyalitas
karyawan. Contohnya saja seperti sifat yang cepat bosan dan ketidakselarasan
antara karyawan dengan budaya kerja di sebuah perusahaan.
2.
Faktor Rasional
Faktor yang kedua adalah rasional. Faktor ini menjadi penyebab turunnya
loyalitas karyawan karena ada beberapa sebab antara lainnya adalah gaji, bonus,
jenjang karir, dan fasilitas – fasilitas diberikan perusahaan kepada karyawan.
3. Faktor Emosional
Faktor yang terakhir adalah emosional. Dimana faktor ini biasanya
disebabkan oleh ketidakcocokan karyawan dengan pemimpin, lingkungan kerja yang
tidak kondusif dan kurangnya penghargaan perusahaan terhadap prestasi kerja
karyawan.
ADAPTIF
Pada saat ini perkembangan teknologi
komunikasi berkemabng dengan teramat pesat. Perkemabngan teknologi komunikasi
memiliki dampak yang luas pada perilaku manusia, salah satunya adalah perilaku
manusia dalam berbisnis. Perusahaan harus terus mengejar kemajuan teknologi
agar tetap berada di posisi terdepan dibandingkan dengan para kompetitornya.
Kondisi iklim bisnis yang dinamis mengharuskan perusahaan untuk mengikuti
perubahan yang terjadi agar kompetitif dan bertumbuh. Hal seperti ini merupakan
tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Persaingan di dunia usaha yang ketat di
era globalisasi saat ini menuntut perusahaan untuk berusaha meningkatkan
kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Oleh
karena itu, organisasi akan efektif jika dan hanya jika memiliki budaya
adaptif.
Budaya adaptif adalah budaya
organisasi dimana karyawan harus menerima perubahan, termasuk penyelarasan
organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses
internal yang berkesinambungan. Budaya adaptif merupakan budaya organisasi
dimana karyawan menerima perubahan, termasuk organisasi penyelamatan yang
memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal yang berkelanjutan. Budaya
adatif dapat diwujudkan dan diterapkan baik secara fisik, konten maupun
aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan performa perusahaan, termasuk di
dalamnya taraf hidup masyarakat sekitar, seperti dilakukannya kegiatan sosial
perusahaan bersama para pemangku kepentingan serta program edukasi masyarakat.
Untuk mewujudkan budaya adaptif dalam perusahaan, maka diperlukan beberapa
solusi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Ciri-ciri budaya adaptif dalam
perusahaan, yaitu:
· Dapat mengantisipasi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan
· Mendorong entrepreneurship
· Memanfaatkan peluang-peluang
bisnis yang berubah-ubah
·Memperhatikan
kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara pelanggan, karyawan, masyarakat
dan sebagainya
· Terkait dengan kinerja organisasi
atau perusahaan.
Organisasi perusahaan akan
menjadi efektif dan efisien, jika para karyawannya mampu memahami secara benar
bagaimana cara berkomunikasi yang efektif dalam organisasi.Komunikasi merupakan
salah satu bagian dari manajemen sumber daya manusia agar semua pihak yang ada
di dalam organisasi mampu melakukan interaksi, memahami arahan dan meningkatkan
efektivitas kerja dalam tim.
Peranan pemimpin hingga bawahan
dapat dikatakan berhasil dalam sebuah organisasi ketika komunikasi antar
karyawan mampu meningkatkan kinerja individu maupun kinerja organisasi. Kinerja
merupakan perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan
(input) yang diberikan.
Kinerja juga merupakan hasil dari
efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Oleh karena
itu, efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang tinggi akan menghasilkan kinerja
yang tinggi pula.
Dalam mewujudkan budaya adaptif
dalam perusahaan, maka diperlukan peran pemimpin yang besar. Pemimpin harus
mampu menyampaikan visi dan misi organisasi secara persuasif dengan komunikasi
dan gaya bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh semua bawahannya. Hal
ini akan menimbulkan motivasi dan semangat bagi karyawan untuk bekerja secara
optimal, karena bawahan mengetahui apa yang menjadi tujuan dari organisasi
tersebut.
Di era globalisasi saat ini
sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk memiliki budaya adaptif. Dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mempromosikan dan mengkomunikasikan
segala sesuatu hal untuk meningkatkan kinerja, pola pikir dan meningkatkan
organisasi dalam lingkungan yang terus berkembang.
KOLABORATIF
Kolaboratif Adalah
1. Menyelesaikan
masalah dengan cepat
Saat
berkolaborasi, kamu akan berhadapan dengan banyak sekali orang yang profesional
di bidangnya masing-masing.Menurut Indeed, dari hal tersebut akan
menghasilkan beragam pikiran sehingga dapat menyelesaikan masalah dari berbagai
perspektif.Dengan hal tersebut, kemungkinan besar masalah akan terpecahkan
dengan cepat
Sebagai contoh,
tim marketing dan sales sedang
menghadapi masalah terkait customer.Nah, dari situ diskusikan
bersama mengenai jalan keluarnya. Setiap orang pasti memiliki solusi
masing-masing.Setelah semuanya terkumpul, cari yang lebih masuk akal dan dapat
dijalankan secara efektif dan efisien.
Cara ini tepat
untuk dilakukan dalam mengidentifikasi sebuah masalah agar dapat mengetahui
gambaran besar beserta solusinya.
2. Lebih mengenal
diri sendiri
Kemampuan kolaborasi memungkinkan seseorang untuk lebih mengenal
dirinya sendiri, mulai dari kelebihan dan kekurangannya.
Saat sedang berkolaborasi dengan orang lain, secara tidak langsung
kamu akan mengetahui apa keterampilan yang bisa ditonjolkan dan di bagian apa
harus butuh bantuan dari orang lain.
Di sisi lain, hal ini juga akan dirasakan oleh rekan kerjamu.
Dengan demikian, kalian akan saling melengkapi satu sama lain dalam naungan
kolaborasi.
3. Saling belajar
satu sama lain
Salah satu alasan kenapa kemampuan ini sangat penting dalam dunia
kerja adalah kamu dapat belajar bersama dengan rekan kerjamu.
Setiap kali berkolaborasi, kamu akan mendapatkan pelajaran yang
berharga dari masing-masing orang.
Dengan suasana seperti ini, dipastikan produktivitas kerja dari
setiap karyawan akan meningkat secara drastis.
Cara Meningkatkan Kemampuan
Kolaborasi
1. Aktif mendengar
Cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi adalah dengan
aktif mendengar ide, saran, ataupun feedback yang dilontarkan oleh rekan
kerja.
Meskipun kamu memiliki gagasan tersendiri terkait proyek yang akan
dijalankan, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan ide dari orang lain.
Sebab, dari situ bisa jadi akan tercipta hasil yang brilian dari
idemu dan ide rekan-rekan kerjamu.
2. Bersikap terbuka
Dikarenakan kolaborasi akan melibatkan banyak orang, bersikap
terbuka merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan ini.
Dalam hal ini, kamu harus terbuka dengan ide-ide yang keluar dari
rekan kerjamu.
Terima dengan baik, lalu sikapi dengan terbuka jika ada ide yang
menurutmu kurang cocok untuk digunakan dalam suatu pekerjaan.
3. Menjaga
komunikasi
Menjaga komunikasi adalah hal yang penting dalam
berkolaborasi.
Saat ada sesuatu yang kurang jelas dalam suatu proyek, segera
komunikasikan hal tersebut kepada rekan kerjamu.
Hal tersebut dilakukan guna mengurangi kesalah pahaman antara kamu
dengan orang lain.
Jika hal ini dilakukan secara konsisten, tidak menutup
kemungkinan skill kolaborasimu akan meningkat dari waktu ke
waktu.
@Jur/Bambang H/SDM/2021.
No comments:
Post a Comment