PENCARIAN

TAPPING SCHOOL DI PTPN7 UNIT TUBU.

PTPN7-Unittubu.
Jum’at (25/07/2020) PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Tulungbuyut melakukan kegiatan Tapping School, hal ini perlu dilakukan untuk mengingatkan kembali bagai mana pola sadap yang baik dan benar, sehingga betapa pentingnya memberikan pembinaan kepada karyawan penggali produksi atau penyadap, dikarnakan keberhasilan kemajuan atau kemunduran suatu perusahaan dibidang tanaman karet yang menghasilkan getah karet itu terletak pada penggalian produksi.
Pada acara Tapping School yang dilaksakan diafdeling VII dihadiri oleh Manajer Unit Tubu Hendra Putra, SP, Askep Tanaman Wil. B Joko Bintoro, SP serta asisten tanaman afdeling VII,  Buadi, mandor besar dan mandor sadap wilayah B dan sebanyak  ±  65 peserta.
Manajer  Hendra Putra, SP dalam kesempatan itu menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua karyawan atas usaha dan kebersamanya yang baik dalam penggalian produksi, agar supaya PTPN7 unit tubu ini menjadi yang terbaik, 

Manajer  Hendra Putra, SP memberikan arahan dan contoh cara sadap yang baik dan benar dengan cara memegang pisau sadap, posisi meletakkan pisau sadap pada pohon karet serta cara penarikan pisau sadap.
Cara Pegang Pisau Sadap.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dan arahan yang pernah Manajer Hendra Putra, SP jelaskan dan contohkan pada kesempatan yang lalu. Klik pada  https://beritaptpn7unittubu.blogspot.com/2020/02/pola-sadap-yang-benar.html
Dalam pembinaanya Askep Tanaman Joko Bintoro, SP memberikan penjelasan kepada peserta Tapping school bahwa teknik penyadapan yang baik harus memperhatikan  kedalaman irisan. Dalam hal ini kedalaman irisan akan memengaruhi jumlah pembuluh lateks yang terpotong. Semakin banyak pembuluh lateks yang terpotong maka semakin banyak lateks yang keluar. Tetapi kedalaman sadapan pun ada batasannya, yaitu 1-1.5 mm dari kambium. Selain kedalaman sadapan faktor waktu sadap sangat mempengaruhi hasil lateks.
Waktu sadap ini berkaitan dengan tekanan turgor. Tekanan turgor yang tepat untuk penyadapan  adalah 10-14 atm. Semakin siang waktu penyadapan, maka tekananan turgornya akan semakin rendah. Dengan demikian  hasil lateks yang didapat pada tekanan turgor rendah sangat sedikit sebagai dampak penguapan yang tinggi.
Penyadapan tanaman karet merupakan salah satu langkah penting dalam budidaya karet. Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks sehingga lateks menetes keluar dari pembuluh lateks ke mangkuk penampung yang dipasang pada batang karet.
Pembuluh lateks yang terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan  penyadapan untuk kedua kalinya tetap akan mengeluarkan lateks. Dengan demikian, diperlukan perencanaan yang matang  dalam teknik penyadapan agar menghasilkan lateks yang banyak.
Lateks dibentuk dalam pembuluh lateks yang merupakan  sel-sel hidup berdinding elastis mengandung gula, protein dan garam mineral yang dapat menyimpan air dari jaringan yang berada disekitarnya. Pengaliran lateks disebabkan karena adanya tekanan dalam pembuluh lateks dan  pergerakan cairan lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap.
Produksi lateks yang diperoleh dari hasil penyadapan ditentukan oleh lamanya aliran dan kecepatan biosintesis. Sedangkan biosintesis lateks itu sendiri ditentukan oleh bahan dasar pembentuk lateks berupa sukrosa dan oleh aktivitas enzim yang berperan secara langsung, baik pada tahap glikolisis maupun anabolisme partikel karet.

Penyadapan karet harus memperhatikan kedalaman sadapan. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan  dilakukan dengan ketebalan sadapan 1 s/d 1,5 mm, sedangkangkan kedalam 0,5 s/d 1 mm mendekati kambium, akan  tetapi tidak boleh menyentuh lapisan kambium apa lagi sampai mengorek atau memutus kambium karena akan mengakibatkan kulit pulihan rusak (benjol-benjol) sehingga berpengaruh pada produksi lateks. Sedangkan jika penyadapan terlalu dangkal menyebabkan berkas pembuluh lateks semakin sedikit yang terpotong sehingga lateks yang diperoleh jumlahnya terbatas.
Pada kedalaman kulit 0,5 s/d 1 mm dari lapisan kambium memiliki jumlah pembuluh lateks terbanyak, yaitu kurang lebih 80 lingkaran pembuluh lateks. Sedangkan kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1–1,5 mm dari lapisan kambium, karena pada kedalaman kulit 0,5 mm sangat rawan terhadap kerusakan kambium dan akan berpengaruh terhadap produksi selanjutnya.
Ketebalan sadapan yang dianurkan untuk sistem sadap S2/D3 atau sistem sadapan bertemu 3 hari sekali (tiga hanca a.b dan c) adalah 1 s/d 1,5 mm. apa bila ketebalan melebihi dari yang dianjurkan maka, hal itu akan berdampak pada usia sadap pohon tersebut.
Kondisi fisiologis pembuluh lateks yang tepat untuk penyadapan  adalah pada tekanan turgor 10-14 atm. Segera setelah pohon disadap, tekanan turgor menurun dan air dari sel-sel tetangga menembus dinding pembuluh lateks sehingga lateks mengalir sepanjang irisan sadap. Lateks yang diperoleh dari penyadapan tidak saja berasal dari pembuluh lateks yang terlukai tetapi merupakan kumpulan lateks yang mengalir dari daerah aliran lateks.
Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam pembuluh lateks dan kecepatan koagulasi pada alur sadap. Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel, banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel.
Pada kandungan osmotikum yang tinggi dalam lateks seperti sukrosa, kuebratikol, ion mineral serta tersedianya air yang cukup merupakan kondisi ideal agar tekanan turgor mencapai maksimum. Kondisi tersebut memungkinkan berlangsungnya aliran lateks yang cukup lama serta indeks penyumbatan yang rendah sehingga produksi meningkat.
Beberapa jam setelah pohon karet disadap aliran lateks akan terhenti. Berhentinya aliran lateks disebabkan oleh adanya koagulasi partikel karet yang menyumbat luka irisan sadap.
Bobot karet kering paling tinggi diperoleh pada penyadapan pukul 05.45 yaitu sebanyak 24,19 g/ph/sadap. Semakin siang penyadapan yang dilakukan akan terjadi pengurangan produksi.
Hal ini terlihat pada penyadapan pukul 06.15,6.45 dan 07,15 masing-masing menghasilkan bobot kering sebanyak 20.76, 16.47, 12.19 g/ph/sadap. Sedangkan  pukul 07.45 sebanyak 11.57 g/ph/sadap.
Hasil ini menjelaskan bahwa tekanan turgor akan semakin rendah dengan waktu yang semakin siang. Dengan demikian hasil lateks yang didapat pada tekanan turgor kecil sangat sedikit sebagai dampak penguapan yang tinggi, itu terjadi pada penyadapan siang hari. 
Berita Lainnya Nex ----------------------------->>>>>>>>>>>>>>>>>

(Jur/PTPN7 Tubu. Bambang Herto/Admin) 
Instagram @ptpn7_unittubu

No comments:

Post a Comment

Search This Blog